4.17.2009

Dosen Disiapkan Jadi Pendidik dan Pelatih Kewirausahaan

Senin, 16 Maret 2009 | 21:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan dosen dari perguruan tinggi negeri dan swasta sudah dilatih untuk menjadi pendidik dan pelatih kewirausahaan di kampus-kampus. Pengajar di perguruan tinggi yang mendapat pelatihan dan pengalaman menjalankan pendidikan entrepreneurship ini diharapkan bisa mengembangkan metodologi hingga kegiatan atau program yang didesain untuk menumbuhkan budaya wirausaha di kalangan mahasiswa dan masyarakat.

"Untuk tahun ini, pemerintah seharusnya fokus dulu untuk menciptakan lahirnya guru, pendidik, dan pelatih kewirausahaan. Bahkan, calon guru di lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan juga sudah harus dibekali pendidikan kewirausahaan. Sebab, di Indonesia ini sudah banyak ahli atau ilmuwan, tetapi kekurangan wirausahawan yang mampu melihat peluang ekonomi dari potensi kekayaan alam Indonesia yang melimpah itu," ujar Ciputra, Pendiri Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC), dalam acara Pembukaan training of trainers untuk pendidikan entrepreneurship bagi 42 dosen dari berbagai jurusan di Universitas Tarumanagara di Jakarta, Senin (16/3).

Menurut Ciputra, mindset atau pola pikir dan karakter lulusan perguruan tinggi dan masyarakat umum yang lebih suka menunggu datangnya pekerjaan daripada mencari peluang untuk menciptakan lapangan pekerjaan, harus diubah dengan cepat. Jika tidak, pengangguran semakin bertambah dan Indonesia semakin terpuruk.

Hingga saat ini, sudah dilatih sebanyak 200 dosen dari 22 perguruan tinggi negeri dan swasta yang didukung Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan PT Bank Mandiri. Bahkan, lima dosen Indonesia mendapat kesempatan untuk bisa belajar pendidikan kewirausahaan secara khusus dari Kauffman Foundation, lembaga internasional yang fokus pada pengembangan pendidikan kewirausahaan.

Kelima dosen dari berbagai disiplin ilmu dari Universitas Ciputra dan Universitas Tarumanagara itu dilatih kewirausahaan lewat program yang didesain khusus untuk melihat peran entrepreneurship dalam perguruan tinggi dan peran entrepreneurship dalam krisi global. Mereka diajar langsung oleh profesor dari Harvard University, Massachusetts Institute of Technology (MIT), dan Stanford University. Selain itu, mereka juga menjalankan program magang di perusahaan-perusahaan ternama seperti Silicon Valley, California dan Boston, Amerika Serikat, selama enam bulan ini.

Chairy dari Departemen Pengembangan Entrepreneurship Universitas Tarumanagara mengatakan dari kunjungan para dosen ke tiga perguruan tinggi ternama dunia terlihat bahwa pembelajaran yang diberikan kepada mahasiwa itu bersifat lintas ilmu. Bahkan, mahasiswa ini sering terlibat kerjasama dengan mahasiswa lain dari disiplin ilmu berbeda untuk membuat proyek yang bisa dikomersialkan.

"Mahasiswa teknik, misalnya, mereka juga belajar bagaimana membuat desain yang baik, dan tahu bagaimana menjual produknya. Pendidikan yang seperti ini membuat mahasiswa ini kreatif dan inovatif menciptakan peluang bisnsi baru yang berarti menciptakan lapangan kerja baru," papar Chairy.

Bo Fishback, Wakil Presiden Kauffman Foundation, mengatakan tumbuhnya budaya wirausaha ini mampu membuat masyarakat melihat krisis global bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai kesempatan untuk mencari peluang ekonomi yang baru. "Yang penting, kewirausahaan yang ditumbuhkan di negara itu difokuskan pada apa yang dipunyai atau yang ingin dikembangkan negara itu. Indonesia punya potensi alam yang luar biasa. Jadi, kewirausahaan harus fokus itu bisa membuat terciptanya bisnis unggul dengan mengembangkan apa yang sudah dipunyai," kata Bo.

sumber : kompas - eLn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar